Terpercik Bahagia


Siang itu gerbong KRL jalur Bekasi-Jakarta tidak terlalu padat. Hampir semua kursi penuh, tetap ada orang-orang yang memilih berdiri, namun gerbong masih terasa lowong. Di seberangku, duduk seorang bapak memangku anak perempuan yang usianya kurang lebih 3 tahun. Sang anak duduk dengan tenang tanpa banyak polah sambil menggenggam kantong plastik putih yang terlihat penuh dengan makanan ringan.

Di stasiun berikutnya, beberapa penumpang turun dan beberapa masuk ke dalam gerbong. Ada seorang bapak yang juga menggendong anak kecil naik. Anak laki-laki yang digendong itu menangis. Suara tangisnya yang kencang membuat para penumpang yang lebih dulu ada di gerbong menoleh ke arahnya dan beberapa terlihat kesal.

Seseorang yang duduk di sebelah bapak dengan anak perempuan tadi segera berdiri dan menawarkan tempatnya. Tanpa menunggu lama, bapak yang menggendong anak laki-laki yang masih menangis itu duduk di sana dan berujar "terima kasih" kepada sang pemberi bangku.

Anak laki-laki itu masih terus menangis, membuat sang anak perempuan yang kini berada di sebelahnya memperhatikannya penasaran. Bapaknya terus mencoba menenangkannya dengan berbagai cara. Sang bapak yang memangku anak perempuan tadi pun telah ikut membujuknya supaya berhenti menangis.

Tanpa disangka-sangka, sang anak perempuan tiba-tiba mengeluarkan salah satu makanan ringan dari dalam kantong plastik yang sejak tadi ia genggam. Kemudian ia serahkan bungkusan kecil itu ke hadapan anak laki-laki di sebelahnya yang masih menangis. Melihat kejadian kecil itu, kedua bapak yang bersebelahan itu pun tertegun sejenak, sementara anak laki-laki yang disodori bungkusan tadi menghentikan tangisnya dan terlihat bingung.

Tak kunjung diambilnya bungkusan makanan yang ditawarkan oleh anak perempuan itu oleh anaknya, membuat bapak dari anak laki-laki itu berujar, "Tuh, dikasih sama mbaknya. Bilang apa?"
Anak laki-laki itu masih terdiam dengan isakan kecil sisa tangisnya dan tidak memberi respon lebih.
"Makasiiih.." kata sang bapak, mewakili, menjawab sendiri pertanyaan yang ia lontarkan pada anak laki-lakinya sambil mengarahkan tangan sang anak untuk menerima pemberian kecil itu.

Anak perempuan itu kemudian terlihat bahagia, melemparkan senyum kecilnya yang mengembang sambil menjawab lirih malu-malu, "Sama-sama.."

Kedua bapak itu pun tertawa sambil memperhatikan kedua bocah yang ada di pangkuan masing-masing. Bapak dari anak laki-laki tadi kemudian membantu membukakan bungkusan makanan yang dipegang anaknya. Sementara bapak dari anak perempuan itu terlihat menawarkan kepada anaknya untuk memilih makanan yang ada di dalam kantong plastik untuk dibukakan.

Sementara aku yang sejak tadi memperhatikan serangkaian kejadian itu membetulkan posisi dudukku dan tidak bisa menahan untuk ikut tersenyum, merasakan percikan bahagia.


"Kita tidak akan pernah tahu di mana kebaikan akan muncul, kapan dan dari siapa, dan sebesar apa percikan bahagianya menyebar."
.
.
.
(Dari pengalaman di bulan Januari 2017)

Komentar