Mei 2016


Sudah di pertengahan bulan Oktober 2016, kenapa posting tentang bulan Mei?


Bulan Mei tahun ini menjadi salah satu yang berkesan. Jadi sebelum memorinya hilang, maka kuputuskan untuk menulis tentangnya.

Mungkin bulan kelima dalam setahun ini memang menjadi yang istimewa setiap tahunnya. Karena di dalamnya ada hari di mana 20 tahun yang lalu merupakan hari kelahiranku. Namun untuk tahun ini, 5 bulan yang lalu, Mei menjadi begitu berarti dengan berbagai hal yang membuat diriku tergugah.



Yang akan kuceritakan pertama adalah suatu hari sibuk di mana sore itu ba'da ashar aku pulang ke kost bersama seorang teman sebelum nanti kami harus pergi lagi ke agenda lainnya. Sudah lupa hari tepatnya, mungkin hanya berselang satu dua hari dari 13 Mei. Begitu masuk ke garasi, suara pintunya yang kubuka membuat ibu kost --yang biasa kupanggil "Eyang"-- keluar dari dapur rumah, melongokkan kepalanya.

"Sadza," panggilnya padaku (walau pengucapan namaku salah namun aku paham kalau ia memanggilku, haha) "itu ada paket kiriman, diambil ya."

Ia menunjuk pada wadah surat yang menggantung di tembok dekat tangga.

"Oh, iya, Eyang," kataku sambil mendekati wadah dan mengambil satu-satunya kotak paket yang ada di sana. Kuperhatikan bentuknya yang tidak biasa dan pasti membuat orang yang melihatnya penasaran akan isi di dalamnya. Paket itu dilapisi lembaran kayu setebal 1cm di keenam sisinya, dengan paku yang menghubungkannya kuat. Namaku, lengkap dengan alamat kost tertera di salah satu sisi lapisan kayu.

"Itu apa coba isinya, hp atau apa ya? Hahaha.." Eyang berucap jahil sambil berlalu masuk kembali ke dalam rumah.

Aku pun hanya ikut tertawa dengan rasa penasaran yang semakin membesar di kepala. Temanku yang dari tadi hanya memperhatikan pun ikut penasaran.

Sampai di dalam kamar, kulempar tas ke kasur dan segera mencoba membuka kotak kayu itu. Tidak mudah. Awalnya aku bingung bagaimana cara mambukanya. Namun ada salah satu sisi yang tidak terpaut sehingga lapisan kayunya bisa kucoba untuk menariknya. Beberapa kali usaha sia-sia. Namun dengan bantuan kedua kaki dan tanganku akhirnya salah satu sisi lembaran kayu itu bisa terlepas. Sambil sedikit terengah, kuambil paket berbentuk balok yang terbungkus plastik yang tadi terperangkap oleh lapisan kayu di dalamnya itu. Sementara temanku hanya melihat dengan sedikit tertawa atas usahaku tadi sembari mengistirahatkan badannya di lantai kamar.

Dari : Safira Aulia Tamam

Walah, dari adikku rupanya.

Masih berusaha membuka lapisan-lapisan pembungkus kiriman itu, aku semakin penasaran. Apa coba, yang dikirim adikku jauh-jauh dari Tangerang ini?

Begitu sampai pada kotak pembungkusnya yang asli, aku pun tertawa.
"Isinya Rech**se, La. Hahaha..." kataku pada temanku yang masih memperhatikan usahaku membongkar paket itu, sambil menunjukkan kotak bungkus jajanan yang berhasil kugunduli.

Kemudian dengan tidak sabaran kubuka kotak pembungkus itu.

Deg!
Sesuatu berbentuk seperti buku dengan cover tebal ada di dalamnya.
Walaupun masih terbungkus bubble wrap--yang setiap bulatannya ingin segera kuletupkan--, namun sudah dapat kulihat apa yang menjadi kiriman dari adikku itu.

Sebuah Alquran berukuran 14 x 20 cm berwarna abu-abu.

"QUR'AN HAFALAN
DAN TERJEMAHAN"
begitu judul yang tertera dengan cetakan timbul di sampul tebalnya.

Entah apa yang mendorongku, namun sekejap kemudian aku pun mulai menangis.

Benar-benar menangis sampai tersedu.
Sampai dadaku terasa sesak.
Cukup lama.
Entah berapa menit sampai akhirnya aku menyadari kalau masih ada orang lain di dalam ruangan 3x4 meter kamarku.

"Hehe, maafin ya, La," kataku dengan suara serak dan masih sesenggukan pada temanku yang hanya memperhatikan. Dia pun memahami dengan membiarkanku melanjutkan tangis.

Kemudian aku pun menyadari bahwa ada selembar kertas yang ditempel di bagian belakang kotak pembungkus tadi. Segera kubaca kertas itu tanpa melepasnya dari kotak.

Isinya sangat polos dan lugu. Dengan tulisan tangan khas adikku --yang font-nya unik itu--, dia paparkan ucapan dan doa-doa darinya untukku di usia ke-20 tahun ini. Sesenggukan yang tadi sudah mulai mereda pun kembali lagi. Aku menangis cukup lama lagi.

Berbagai ingatan dan memori mampir di kepala.
Tentang Fira adikku itu, tentang ummi abi, tentang diriku dan apa yang kuperbuat selama ini, hingga di usiaku saat ini.
Tentang impian dan cita-cita yang sempat terucap dulu.
Ah, mengingat hal-hal itulah yang membuat air mata terus mengalir.


Namun tidak lama, aku masih sadar ada hal lain yang harus kulakukan sehingga kuredam tangisku dan kubersihkan air mata yang membuat wajahku sembap. Aku pun meringis ke arah temanku yang sedari tadi hanya diam membiarkanku hanyut akan hadiah dari adikku itu.

"Udah nangisnya?" katanya dengan sedikit menggodaku.
Hanya dapat kujawab dengan "hehe" dan segera kubereskan semua yang kubongkar tadi.
Setelah itu kami pun bersiap-siap untuk menjalanka agenda selanjutnya sore hari itu.

--------------------------------------------------------

Sesungguhnya ada banyak hal yang bisa membuatku tiba-tiba tarhanyut dan mengeluarkan air mata.
Namun hal yang menyangkut keluarga dan menggugah kesadaran akan hidup yang kujalani adalah yang mungkin menjadi penyebab lebih banyak air mata keluar.

Dan hadiah dari adikku ini salah satunya.
Aku pun berterima kasih untuk adikku yang masih mengingatkanku akan keharusan senantiasa mendekatkan diri pada Allah,
dengan caranya yang sederhana,
namun mampu menggerakkan hati.


"Semoga hafalan Kakak nambah dengan bantuan benda ini. 
Doain aku juga ya..."
11 Mei 2016



-----

Sumber Foto :
- unsplash.com

Komentar