Malam ini pulang setengah sembilan (lagi). Setelah beberes diri, rebahan di kasur, kunyalakan hp yang sedari tadi tak sempat tersentuh. Dari sekian banyak chat yang masuk di line dan whatsapp, pm maupun grup, ada salah satu jarkoman di sebuah grup yang menyita perhatian.
"TONTON..... DRAW THE PROPHET SAW ---- Melukis Wajah Rasulullah SAW"
dengan link youtube tercantum di bawahnya.
Tanpa sempat membaca caption isi jarkoman, segera kubuka link tersebut.
Dan...
"Here, people want to see everything, to watch everything. But I closed my eyes and I saw you coming towards me with the most perfect smile. How could I ever draw a perfect smile?"
"The teacher didn't let me speak when i wanted to explain to her. I can't blame her. She probably never learnt to love someone she doesn't see. But me, I love you without seeing you."
"Melukis Wajah Rasulullah SAW"
Murid ditugasi gurunya menggambar Nabi Muhammad SAW.
Sebuah film pendek menyita perhatian netizen. Di dalamnya menceritakan peristiwa yang dialami seorang pelajar muslim di Prancis ketika diminta guru menggambar wajah Nabi Muhammad SAW. Bagimana dia merespon tugas tersebut?
Film ini berlatar belakang kejadian penembakan di Charlie Hebdo, Prancis. Guru meminta murid-murid untuk menggambar Nabi Muhammad SAW yang akan dijadikan cover depan majalah satir tersebut. Semula pelajar muslim itu mengangkat tangan hendak menyampaikan sesuatu, namun sang guru menolak. "No Question," katanya.
Dia pun tercenung sambil memikirkan bagaimana dia menyelesaikan tugas tersebut. Tidak tahu memulai dari mana, akhirnya dia putuskan menulis kalimat-kalimat yang sangat menyentuh hati.
Wahai yang tercinta Rasulullah SAW.
Hari ini di sekolah, guru meminta kami melukis wajahmu. Aku suka melukis, tapi aku tidak pernah melihatmu. Lalu aku menutup kedua mataku. Dan aku melihat air mata ibu saat membaca kisahmu. Aku melihat ayah shalat sepanjang malam. Aku melihat kakak tersenyum meski dia baru mendapat penghinaan di jalan. Aku melihat sahabatku meminta maaf meski aku yang bersalah.
Aku ingin melukiskan semua gambaran ini. Di sini orang-orang ingin melihat semuanya, menyaksikan semuanya. Tapi aku menutup kedua mataku. Dan aku melihatmu datang kepadaku, kepada kami semua, dengan senyum yang paling sempurna. Bagaimana mungkin aku bisa melukiskan senyum yang sempurna?
Guru tidak memberiku kesempatan bicara saat aku ingin menjelaskan. Aku tidak menyalahkannya. Dia mungkin tidak pernah belajar mencintai seseorang yang tidak dilihatnya. Tapi aku, aku mencintaimu meski tak pernah melihatmu.
Aku tak begitu pintar melukis tapi aku ingin menulis. Aku ingin menulis kepadamu Ya Rasulullah. Jika saja kau bisa kembali hadir pada kami selama beberapa jam, beberapa detik, atau beberapa saat saja, mungkin dia akan mengerti.
Pelajar itu melukis huruf Muhammad dalam bahasa arab dibalik kertas. Sang guru tercekat senyumnya tak bisa berkata-kata lagi saat membacanya di sebuah kursi.
Video Mokhtar Awards ini diunggah ke Youtube pada 09 Agustus 2015. Dalam keterangannya dituliskan film tersebut terinspirasi dari kisah nyata yang terjadi setelah demonstrasi di Prancis pada tanggal 11 Januari 2015. Film ini bercerita tentang sosok Nabi Muhammad SAW dan kedamaian yang diajarkannya. Namun juga memberi gambaran bagaimana respon dunia terutama Prancis paska kejadian Charlie Hebdo.
Sebuah film pendek menyita perhatian netizen. Di dalamnya menceritakan peristiwa yang dialami seorang pelajar muslim di Prancis ketika diminta guru menggambar wajah Nabi Muhammad SAW. Bagimana dia merespon tugas tersebut?
Film ini berlatar belakang kejadian penembakan di Charlie Hebdo, Prancis. Guru meminta murid-murid untuk menggambar Nabi Muhammad SAW yang akan dijadikan cover depan majalah satir tersebut. Semula pelajar muslim itu mengangkat tangan hendak menyampaikan sesuatu, namun sang guru menolak. "No Question," katanya.
Dia pun tercenung sambil memikirkan bagaimana dia menyelesaikan tugas tersebut. Tidak tahu memulai dari mana, akhirnya dia putuskan menulis kalimat-kalimat yang sangat menyentuh hati.
Wahai yang tercinta Rasulullah SAW.
Hari ini di sekolah, guru meminta kami melukis wajahmu. Aku suka melukis, tapi aku tidak pernah melihatmu. Lalu aku menutup kedua mataku. Dan aku melihat air mata ibu saat membaca kisahmu. Aku melihat ayah shalat sepanjang malam. Aku melihat kakak tersenyum meski dia baru mendapat penghinaan di jalan. Aku melihat sahabatku meminta maaf meski aku yang bersalah.
Aku ingin melukiskan semua gambaran ini. Di sini orang-orang ingin melihat semuanya, menyaksikan semuanya. Tapi aku menutup kedua mataku. Dan aku melihatmu datang kepadaku, kepada kami semua, dengan senyum yang paling sempurna. Bagaimana mungkin aku bisa melukiskan senyum yang sempurna?
Guru tidak memberiku kesempatan bicara saat aku ingin menjelaskan. Aku tidak menyalahkannya. Dia mungkin tidak pernah belajar mencintai seseorang yang tidak dilihatnya. Tapi aku, aku mencintaimu meski tak pernah melihatmu.
Aku tak begitu pintar melukis tapi aku ingin menulis. Aku ingin menulis kepadamu Ya Rasulullah. Jika saja kau bisa kembali hadir pada kami selama beberapa jam, beberapa detik, atau beberapa saat saja, mungkin dia akan mengerti.
Pelajar itu melukis huruf Muhammad dalam bahasa arab dibalik kertas. Sang guru tercekat senyumnya tak bisa berkata-kata lagi saat membacanya di sebuah kursi.
Video Mokhtar Awards ini diunggah ke Youtube pada 09 Agustus 2015. Dalam keterangannya dituliskan film tersebut terinspirasi dari kisah nyata yang terjadi setelah demonstrasi di Prancis pada tanggal 11 Januari 2015. Film ini bercerita tentang sosok Nabi Muhammad SAW dan kedamaian yang diajarkannya. Namun juga memberi gambaran bagaimana respon dunia terutama Prancis paska kejadian Charlie Hebdo.
Komentar
Posting Komentar