Satu lagi orang terhebat bagi saya. Kakak. Syadza Salsabyla Tamam namanya. Seorang mahasiswi semester tiga Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan. Kakak termasuk salah satu aktivis kampus. Tahun ini ia menjadi salah satu pemandu ospek di Fakultas Teknik UGM. Sebenarnya ia sudah sejak dulu menjadi pemandu, pemandu saya. Kakak adalah orang yang banyak saya tiru. 4 tahun jarak usia kami tidak membuat kami jauh. Kami sangat lengket. Bahkan banyak orang mengira kami ini anak kembar karena wajah kami yang katanya mirip dan badan kami yang ndak jauh beda bahkan saya lebih besar darinya, hehehe... 4 tahun jarak kami juga membuat kami sering dirundung pertengkaran, tapi akhirnya kami baikan lagi. Kakak adalah kakak sekaligus sahabat bagi saya. (Safira Aulia Tamam, 2015)
Pulang syuro', sampai di kost lalu shalat maghrib dan tadarus. Pukul 18.30, iseng, kunyalakan laptop yang tadi kutinggal pergi begitu saja, masih dalam keadaan terbuka di atas kasur. Begitu selesai menginput password, yang terpampang di layar adalah laman kotak masuk di gmail. Ada sebuah e-mail di deret paling atas yang belum dibuka. Dikirim pukul 13.52, dari Safira Aulia Tamam, adikku. Subjeknya "ini esainya". Aku berpikir, memangnya dia pernah bilang soal esai? Siang tadi kami memang sempat chatting di facebook. Walau sangat sebentar, tapi itu adalah kesempatan mengobrol pertama kami setelah sebulan lebih ia di MAN Insan Cendekia Serpong, tanpa kami saling kontak sama sekali. Setelah kubuka, "dibaca ya..." begitu isi e-mailnya, dengan sebuah lampiran file berjudul "Deskripsi Diri Safira Aulia Tamam (X MIPA 3-17)".
Begitu membaca paragraf awal, deg! Aku sudah hampir terhanyut. Sambil tersenyum-senyum sendiri, mataku terus membaca deretan kata-kata yang dirangkai adikku satu-satunya ini.
Ia ceritakan tentang keluarga kami.
Ia ceritakan tentang Ummi...
Ummi, ibu saya, wanita hebat yang telah melahirkan saya.
Ummi memang bekerja seharian, namun Ummi tidak penah lupa untuk memberi pendidikan untuk anak-anaknya juga di rumah. Ummi selalu berusaha memberi pengajaran yang terbaik untuk anak-anaknya. Ummi adalah seorang istri yang menakjubkan untuk Abi. Ummi selalu berusaha untuk memasak di pagi hari sebelum Abi berangkat kerja dan menyiapkan makan sore sepulang Abi kerja, sesibuk apapun Ummi.
Ia ceritakan tentang Abi...
Abi, ayah saya. Seorang pria tangguh, suami Ummi yang hebat, sosok kepala rumah tangga menakjubkan bagi kami.
Walaupun Abi adalah yang berangkat paling gasik (awal) dan pulang sore, Abi tidak pernah lupa mendampingi dan mengingatkan kami. Abi selalu mengingatkan kami agar tidak berbuat kesalahan. Abi adalah seorang suami hebat untuk Ummi.
Dan saat ia memulai paragraf yang menceritakan tentang kakaknya, air mata yang dari tadi sudah mendesak keluar, mulai merembes. Mungkin agak lebay, tapi entah kenapa tiba-tiba saja insting perasaku mulai terpicu.
Sebenarnya ia sudah sejak dulu menjadi pemandu, pemandu saya. Kakak adalah orang yang banyak saya tiru.Ya, dari dulu kamu memang suka niru kakak, Fir... hahaha...
Terenyuh saat membacanya. Belum pernah sama sekali terpikirkan olehku bagaimana ia berpikiran tentangku selama ini. Dan kalimat-kalimat yang ia ceritakan pun menyentuh hati. Mungkin ditambah juga oleh rasa kangen yang sudah sejak sebulan lebih ini aku tahan.
Dan, ya dek, memandu itu amanah yang berat. "Kontrak seumur hidup" kata seseorang.
Kemudian dua pertiga bagian esai yang ia buat selanjutnya berisi tentang dirinya. Tentang ia dan ICS yang sudah sejak SD ia inginkan masuk ke sana. Tentang bagaimana ia mulai menjalani hari-harinya di sana. Tentang sulitnya membentuk awal kebiasaan di sana. Kemudian bagaimana ia bertekad. Bagaimana ia bermimpi manjadi manusia bermanfaat. Tentang ia yang ingin menjadi seperti pohon, "akar yang kuat, batang yang kokoh, dahan dan ranting yang dapat menjangkau ke mana-mana, daun yang berfotosintesis lagi meneduhkan, dan menghasilkan buah yang dapat bermanfaat bagi orang-orang". Tentang cita-cita yang masih ia gali dan cari. Dan segala curahan yang ia tulis yang membuatku tambah menangis.
Orang yang sudah menjadi adikku selama lima belas tahun ini ternyata sudah besar. Kedewasaannya mulai tumbuh. Aku bahkan merasa ia lebih berpikiran dewasa dibandingkan denganku, haha..
Adik yang selama ini lengket dan banyak bergantung, yang sekarang kami sudah terpisah jarak ratusan kilometer, sudah mulai belajar untuk mampu menangani masalah yang ia miliki sendiri.
Adik yang terkadang aku merasa bersalah dengannya, karena lebih banyak mencurahkan perhatian pada adikku yang lain, misalnya saat memandu mentoring di SMA dan yang saat ini dengan adik panduku di PPSMB Kesatria Teknik 2015, ternyata ia bilang bahwa aku pemandunya sejak dulu :')
Darinya aku belajar banyak hal. Fira yang memiliki tekad kuat. Fira yang selalu berprinsip. Fira yang selalu tekun dan giat belajar. Fira yang suka membantu dan menolong orang lain. Fira yang perhatian dan peka. Fira yang selalu bisa membuat Ummi, Abi, dan Kakak bangga..
Ana uhibbuki fillah, dek...
Tetap semangat ya, dijaga terus ibadahnya. Apa pun yang kamu kerjakan di sana, selalu niatkan karena Allah. Jangan berhenti berkarya. Jika lillah, maka semuanya tidak akan terasa lelah. Jika mulai lelah, ingat kembali niat dan tujuan awalmu yang kamu cita-citakan :)
Kakak selalu bangga padamu, begitu pula Ummi dan Abi.
"Karena Fira, adikku, adalah salah satu hadiah terbaik dari Allah untukku."
Jaman dia masih TK |
Aku tau kamu ga mau difoto ._. |
huhuhuhu, so sweeeeeeeeeeet banget, Syadz. :"
BalasHapuskok bisa nyampe sini ndu? Wkwk, jangan baper lah ndu
Hapus:)
BalasHapusUHuuu kaka syadzaaa (nada sandi)
BalasHapus