Judul Novel :
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Penulis :
Tere Liye
Penerbit :
Gramedia Pustaka
Tebal :
257 halaman
Harga :
Rp. 48.000,00
“ Dia bagai malaikat keluarga
kami. Merengkuh aku, adikku, dan ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan
nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah dan janji masa depan yang
lebih baik. Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih
sayang, perhatian dan teladan tanpa mengharap budi sekalipun. Dan lihatlah, aku
membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.”
Novel ini bercerita tentang
kisah seorang gadis bernama Tania yang menyukai seorang lelaki yang umurnya
terpaut 14 tahun darinya.
Seseorang ini digambarkan sebagai sesosok malaikat yang membawa kebahagiaan kepada Tania dan keluarga. Namun, pada akhirnya seseorang tersebut justru memberi kesedihan pada Tania.
Seseorang ini digambarkan sebagai sesosok malaikat yang membawa kebahagiaan kepada Tania dan keluarga. Namun, pada akhirnya seseorang tersebut justru memberi kesedihan pada Tania.
Novel dibuka dengan
pemaparan seorang Tania yang berjuang untuk mempertahankan kehidupan ia dan
keluarganya. Ibunya berprofesi sebagai tukang cuci dan ia serta adiknya menjadi
pengamen di jalanan. Suatu hari datanglah seorang lelaki yang memberinya tempat berteduh, sekolah dan
masa depan yang jauh lebih baik. Kebaikan hati laki-laki yang biasa Tania
panggil Oom Danar itu membuat Tania mengaguminya.
Lalu datanglah masa dimana Tania
mulai menyadari perasaan itu, perasan kagum yang tak tebendung yang menuju pada kecemburuan saat mereka jalan bersama dengan pacar Oom Danar. Seketika hati
kecil Tania tak terima saat Oom Danar mengandeng Tante Ratna. Bukankah biasanya
pundaknya dipegang? Jelas-jelas posisi Tania diambil oleh Tante Ratna. Sejak
saat itulah dia mulai merasa cemburu. (hal 34).
Namun Tere Liye malah
mengambarkan kesedihan disaat kehidupan Tania mulai membaik. Kesedihan itu
dimulai dengan kepergian Ibu Tania untuk selamanya dan membuat Tania sangat
sedih. Kesedihan lainnya ditambah dengan sang penulis, Tere Liye, memisahkan
Tania dan Oom Danar disaat mereka belum mengetahui perasaan mereka
masing-masing. Kepergian Tania ke Singapura yang awalnya Tania tidak mau namun
karena hal tersebut merupakan permintaan Oom Danar akhirnya Tania bersedia
untuk berangkat ke Singapura karena Tania sudah bersumpah untuk menuruti
kata-kata Oom Danar. ( hal 70).
Di Singapura Tania mulai bisa
melupakan kesedihan tentang kepergian ibunya. Dia juga memulai kehidupan
barunya disana dengan profesinya sebagai pelajar. Saat ulang tahunnya yang
ke 17 Oom Danar memberikan sebuah kalung dengan liontin cantik bertuliskan
huruf “T” yang membuat Tania merasa sangat istimewa. Namun, setelah mengetahui
bahwa kalung itu tidak hanya diberikan kepadanya melainkan Oom Danar juga
memberikan kalung kepada ibu dan adiknya, Tania tidak merasa istimewa lagi. Dan
saat dia telah menikmati hidup di Singapura, kesedihan kembali menyelimuti
hatinya dengan adanya kabar tentang pernikahan Oom Danar dan Tante Ratna.
Setelah sekian lama murung
karena pernikahan Oom Danar dan Tante Ratna, akhirnya Tania pulang ke Indonesia
karena desakan Tante Ratna yang setiap malam selalu curhat kepada Tania tentang
kehidupan rumah tangganya dengan Oom Danar yang tidak harmonis. Pada saat Tania
sudah sampai di Indonesia perasaan keduanya mulai terungkap dengan diketahuinya
keistimewaan kalung Tania, yaitu ada potongan gambar daun pohon linden yang
terdapat juga pada kalung yang dimiliki Oom Danar.
Di dalam novel ini, Tere Liye menggunakan
alur campuran yaitu maju dan mundur sehingga tidak semua orang dapat memahami
jalan cerita di dalam novel ini secara langsung. Kelebihan novel ini adalah
konflik yang dialami tokoh utama sangat menarik dan tidak seperti novel-novel
percintaan remaja yang lain. Tere Liye bisa membuat emosi pembaca ikut
naik-turun seiring dengan perasaan sang tokoh utama. Selain itu pengambaran suasana dan tokohnya pun sangat jelas, sehingga pembaca dapat lebih berimajinasi dengan mudah.

Komentar
Posting Komentar